Menguji Janji Allah: Kisah Imam Az-Zahidi Mendapatkan Rezeki Tak Terduga...
Menguji Janji Allah: Kisah Imam Az-Zahidi Mendapatkan Rezeki Tak Terduga #rejekitakterduga #Murotal
Rezeki adalah ketetapan yang telah ditentukan Allah SWT. Setiap makhluk telah memiliki rezeki masing-masing, meskipun tetap diperlukan usaha untuk menjemputnya.
Jangan sekalipun meragukan rezeki dari Allah SWT, karena sesungguhnya Allah SWT Maha Besar dan Maha Segalanya. Ada kisah seorang lelaki yang ingin menguji rezeki dari Allah SWT, ia sengaja berdiam diri di dalam gua namun ternyata Allah SWT mengirimkan rezeki lewat cara yang tak pernah ia duga.
Kisah ini dituliskan Ustman bin Hasan bin Ahmad asy-Syakir dalam bukunya Durratu an-Nashihin Fi al-Wa'd wa al Irsyad, dikisahkan bahwa Imam az-Zahidi ingin menguatkan keyakinan tentang rezeki yang telah dijamin Allah, beliau pergi ke suatu tempat yang mana tempat itu ada di sebuah gunung, lalu beliau masuk ke dalam sebuah gua dan duduk di dalam gua itu.
Di sebuah negeri yang jauh, hiduplah seorang alim bernama Imam Az-Zahidi. Ia adalah seorang yang memiliki ketakwaan tinggi dan keyakinan yang kuat terhadap janji Allah. Suatu hari, ia merenungkan firman Allah tentang rezeki yang telah dijamin bagi setiap makhluk-Nya:
وَمَا مِن دَآبَّةٍ فِى ٱلْأَرْضِ إِلَّا عَلَى ٱللَّهِ رِزْقُهَا وَيَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَا ۚ كُلٌّ فِى كِتَٰبٍ مُّبِينٍ
Wa mā min dābbatin fil-arḍi illā 'alallāhi rizquhā wa ya'lamu mustaqarrahā wa mustauda'ahā, kullun fī kitābim mubīn
Artinya: Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh mahfuzh).(Al Qur'an Surah Hud : Ayat 6 )
Dalam perenungannya, muncul dalam hatinya sebuah pertanyaan, "Bagaimana Allah akan memberiku rezeki jika aku tidak berusaha mencarinya?" Untuk menguji keyakinannya, ia pun memutuskan untuk melakukan sebuah ujian besar.
Dengan keyakinan penuh, Imam Az-Zahidi meninggalkan segala hartanya dan menuju sebuah pegunungan yang jauh dari perkampungan. Di sana, ia menemukan sebuah gua yang sunyi dan sepi. Dengan penuh kepasrahan, ia duduk di dalam gua tersebut dan berkata dalam hati:
"Aku ingin menyaksikan bagaimana Allah akan mengirimkan rezeki kepadaku di tempat yang terpencil ini."
Hari demi hari berlalu, dan Imam Az-Zahidi tetap bertahan dalam kesunyiannya. Ia menahan rasa lapar dan haus, menunggu bagaimana Allah akan memenuhi janjinya.
Suatu hari, Allah menunjukkan kekuasaan-Nya. Sebuah rombongan pendaki yang melakukan perjalanan jauh melewati daerah tersebut. Mereka sedang dalam perjalanan panjang ketika tiba-tiba hujan deras turun. Mereka pun mencari tempat berteduh dan akhirnya menemukan gua tempat Imam Az-Zahidi berada.
Ketika mereka memasuki gua, mereka melihat Imam Az-Zahidi duduk diam, tidak bergerak dan tidak berbicara. Salah seorang dari mereka mendekatinya dan berkata,
"Wahai hamba Allah, siapakah engkau? Dan mengapa engkau berada di tempat ini?"
Namun, Imam Az-Zahidi tetap diam.
Melihat keadaannya yang diam tak bergeming, salah satu dari mereka berkata,
"Jangan-jangan orang ini telah lama tinggal di sini dan sudah lemah karena kelaparan dan kedinginan!"
Mereka pun segera menyalakan api unggun agar suasana menjadi hangat. Setelah itu, mereka mencoba berbicara lagi, namun Imam Az-Zahidi tetap tidak menjawab.
Mereka pun berkata lagi,
"Mungkin ia sangat lapar sehingga tidak mampu berbicara. Mari kita berikan makanan kepadanya!"
Mereka segera menyiapkan makanan dan menyodorkannya kepada Imam Az-Zahidi, namun ia tetap tidak menyentuhnya.
Salah satu dari mereka berkata,
"Mungkin dia sudah lama tidak makan sehingga giginya linu dan sulit mengunyah. Buatkanlah susu panas agar ia bisa meminumnya!"
Mereka pun memasak bubur susu dengan gula dan menyodorkannya kepadanya, namun Imam Az-Zahidi tetap tidak menyentuhnya.
Rombongan semakin khawatir dan berkata,
"Jika ia tidak bisa makan sendiri, kita harus membantunya. Jika tidak, ia bisa mati kelaparan di sini!"
Dua orang dari mereka kemudian mencoba membuka mulutnya untuk menyuapkan makanan, dan pada saat itulah Imam Az-Zahidi tiba-tiba tertawa.
Mereka yang berada di gua itu terkejut. Salah seorang dari mereka bertanya,
"Apakah engkau gila?"
Imam Az-Zahidi pun menjawab dengan suara yang tenang,
"Tidak. Aku hanya ingin menguji bagaimana Allah akan mengirimkan rezeki kepadaku, dan sekarang aku telah mendapatkan jawabannya. Aku duduk di gua ini tanpa melakukan usaha apa pun, namun Allah tetap mengirimkan rezeki kepadaku melalui kalian."
Para pendaki pun terdiam, merenungi perkataannya. Mereka akhirnya menyadari bahwa Allah memiliki cara yang tak terduga dalam memberikan rezeki kepada setiap makhluk-Nya.
Dari kisah Imam Az-Zahidi ini, kita dapat mengambil beberapa pelajaran penting:
1.Rezeki telah dijamin oleh Allah, namun usaha tetap diperlukan sebagai bentuk ibadah.
2.Allah memiliki cara yang tak terduga dalam memberi rezeki, bahkan kepada orang yang tidak berusaha mencarinya.
3.Tawakal dan keyakinan kepada Allah adalah hal yang utama, namun tetap harus diiringi dengan ikhtiar.
4.Rezeki bisa datang melalui perantara orang lain, sebagaimana Imam Az-Zahidi mendapat makanan dari rombongan pendaki.
5.Kita tidak boleh ragu terhadap janji Allah, karena Allah Maha Kaya dan Maha Penyayang terhadap hamba-Nya.
Kisah ini mengajarkan kita bahwa rezeki adalah ketetapan Allah yang tidak akan tertukar. Setiap makhluk sudah memiliki rezekinya masing-masing, hanya saja Allah mengatur bagaimana rezeki itu datang kepada kita. Namun, Islam tetap menganjurkan kita untuk berusaha dan bekerja, karena usaha adalah bentuk ketaatan kita kepada Allah.
Jangan pernah ragu dengan rezeki Allah, karena Dia Maha Kaya dan Maha Pemberi. Jika kita bertawakal kepada-Nya dengan sepenuh hati, maka rezeki akan datang dengan cara yang tak terduga.
فَاِذَا بَلَغْنَ اَجَلَهُنَّ فَاَمْسِكُوْهُنَّ بِمَعْرُوْفٍ اَوْ فَارِقُوْهُنَّ بِمَعْرُوْفٍ وَّاَشْهِدُوْا ذَوَيْ عَدْلٍ مِّنْكُمْ وَاَقِيْمُوا الشَّهَادَةَ لِلّٰهِ ۗذٰلِكُمْ يُوْعَظُ بِهٖ مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللّٰهِ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِ ەۗ وَمَنْ يَّتَّقِ اللّٰهَ يَجْعَلْ لَّهٗ مَخْرَجًا ۙ ٢ وَّيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُۗ وَمَنْ يَّتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ فَهُوَ حَسْبُهٗ ۗاِنَّ اللّٰهَ بَالِغُ اَمْرِهٖۗ قَدْ جَعَلَ اللّٰهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا ٣
Fa iżā balagna ajalahunna fa amsikūhunna bima'rūfin au fāriqūhunna bima'rūfiw wa asyhidū żawai 'adlim minkum wa aqīmusy-syahādata lillāh(i), żālikum yū'aẓu bihī man kāna yu'minu billāhi wal-yaumil-ākhir(i), wa may yattaqillāha yaj'al lahū makhrajā(n). Wa yarzuqhu min ḥaiṡu lā yaḥtasib(u), wa may yatawakkal 'alallāhi fa huwa ḥasbuh(ū), innallāha bāligu amrih(ī), qad ja'alallāhu likulli syai'in qadrā(n).
Artinya: "Apabila mereka telah mendekati akhir idahnya, rujuklah dengan mereka secara baik atau lepaskanlah mereka secara baik dan persaksikanlah dengan dua orang saksi yang adil dari kamu dan hendaklah kamu tegakkan kesaksian itu karena Allah. Yang demikian itu dinasihatkan kepada orang-orang di antara kamu yang beriman kepada Allah dan hari akhir. Siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan membukakan jalan keluar baginya dan menganugerahkan kepadanya rezeki dari arah yang tidak dia duga. Siapa yang bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)-nya. Sesungguhnya Allahlah yang menuntaskan urusan-Nya. Sungguh, Allah telah membuat ketentuan bagi setiap sesuatu." (Al Qur'an Surah At Talaq: Ayat 2-3)
Selanjutnya Mari kita dengarkan Murotal Al Qur'an Surah Hud dan Surah A Talaq Lengkap !
Post a Comment